Ujian Terbuka Doktor Edi Sunaryo

Senin siang, 16 Januari 2012, disaksikan hampir 200 pasang mata menjadi saksi penabalan Edi di altar akademik yang terhormat itu dalam mempertahankan Naskah Disertasi di hadapan 9 penguji yang dipimpin oleh Prof. Dr. Johan, MSi. Para penguji lain masing-masing Prof. Dr. I Made Bandem, MA, Prof. Drs. M. Dwi Marianto, MFA, PhD, Prof. Drs. Soeprapto Soedjono, MFA, PhD, Prof. Drs SP. Gustami SU, Prof. Dr. Andrik Purwasito, DEA, Prof. Dr. Setiawan Sabana, MFA, Dr. M. Agus Burhan, M.Hum dan Dr. St. Sunardi.

Di dalam abstaksinya erotika adalah pekerjaan artistik mewakili perasaan cinta dan gairah dalam bentuk sexual mating, sexual male and female organs and sensual imaging postures. Erotika juga merupakan perjalanan untuk menyatukan (eros) seksual dan ego insticts. Namun, ternyata menjadi masalah ketika erotika diidentifikasi dengan pornografi. Ini memicu kemarahan karena dianggap melawan norma-norma sosial dan agama, dalam RUU Anti Pornografi. Tantangan berikutnya adalah pandangan Kristen tentang tabu, dosa dan cinta ditanam dalam pikiran saya sejak kecil. Sebagai seorang pelukis kelahiran Kristen yang mengambil erotika sebagai bentuk kegembiraan, fakta-fakta mengganggu pikiran saya: Bagaimana untuk menggambarkan erotika tanpa menyebabkan rasa takut?

Berangkat dari fakta-fakta menyatakan, tujuan utama dari proyek ini adalah untuk: 1) menciptakan karya seni yang didasarkan pada konsep etika membentuk dan melarang penampilan erotis; 2) karya erotis yang terwujud dalam bentuk-bentuk deformasi sublimasi figuratif dari kayu, batu, dan hal-hal dari kehidupan sehari-hari kita menggambarkan simbol erotis, dan 3) menyajikan seni erotis dalam bentuk lukisan, grafis dan patung. Metode yang digunakan adalah model yang ditawarkan oleh Concorcium Seni, yaitu: persiapan, elaborasi, sintesis, dan evaluasi realisasi konsep. Sesuai dengan metode David Campbell yang meliputi persiapan, konsentrasi, inkubasi, iluminasi dan verifikasi.

Proyek ini telah berhasil menciptakan 14 karya seni: 11 lukisan, dua graphics dan satu patung batu dalam rangka untuk menjawab tiga tujuan penciptaan: 1) karya seni erotis yang membentuk ditentukan oleh goresan tangan, bukan dari tema. Gaya lukisan sering diajukan daripada dorongan seksual dari dalam; 2) karya erotis yang menghangat dengan menggunakan idiom visual yang sesuai dengan hasrat atau wawasan yang berasal dari bentuk cacat organ seksual yang ditandai dengan kayu atau hal-hal dari kehidupan sehari-hari kita, bentuk-bentuk yang mewakili adegan kawin atau kegiatan seksual di alam. Sama seperti lingga dan yoni yang mewakili penis dan vulva; 3) untuk menampilkan 14 karya seni dalam bentuk lukisan di atas kanvas, grafis di atas kanvas dan patung, yang masing-masing menggunakan teknik kuas, cetakan dan ukiran batu yang format yang dimulai dari 100 sampai ke 350 sentimeter.

Secara umum, Edi Sunaryo memberi jawaban yang berkisar pada ilustrasi dan contoh juga menyentuh pada substansi pertanyaan Dewan Penguji.  Akhirnya, Program Pascasarjana ISI Yogyakarta, meluluskan secara resmi Edi Sunaryo sebagai Doktor baru di bidang Penciptaan dan Pengkajian Seni dengan hasil “Sangat Memuaskan” yang berhasil menyelesaikan studi selama 5,5 tahun. Beliau menjadi doktor ke-6 yang telah diluluskan oleh Pascasarjana ISI Yogyakarta, atau Doktor ke-5 dari Minat studi Penciptaan Seni. Selamat, Pak Dr Drs Edi Sunaryo, MS.