Kesenian Berkarakter dalam Wahana Multidisiplin

Kuliah Umum Mahasiswa Baru Tahun Akademik 2011/2012 Institut Seni Indonesia Yogyakarta
Oleh: Prof. Drs. Soeprapto Soedjono, M.F.A., Ph.D.

Prologue

Judul diatas akan membawa kita pada suatu pemahaman tentang entitas kesenian yang memiliki ‘karakter’ secara lebih umum dan khusus. Kehadiran karya seni dianggap memiliki ‘karakter’ secara umum karena varian yang unik tentang kondisi bentuk serta intrinsic and extrinsic properties yang teraplikasikan dalam proses penciptaannya. Sedangkan secara khusus ‘karakter’ karya seni tercermin bila itu menyangkut pada aspek tujuan, fungsi, ide & konsep serta nilai filosofis yang terkandung pada kehadiran karya seni. Khususnya yang menyangkut makna yang tersirat atau significant idea pada karya tersebut.

Adapun yang dimaksud dengan wahana multidisiplin dapat difahami sebagai sebuah wadah yang memungkinkan keberadaan berbagai karya seni dengan bentuk dan varian karakternya baik umum maupun khusus yang beragam tersebut saling mengada dan berinteraksi satu sama lain tanpa harus kehilangan jati dirinya masing-masing. Dalam konteks ini bisa dilihat pada keberadaan ISI Yogyakarta sebagai suatu institusi pendidikan tinggi seni yang memiliki program studi yang beraneka dengan peminatan kompetensi yang berbeda serta  strata pendidikan berjenjang mulai dari S1, S2, sampai dengan S3. Sehingga dapat dikatakan bahwa saat ini, ISI Yogyakarta merupakan perguruan tinggi negeri seni yang terlengkap kompetensi dan disiplin seninya di Indonesia. Hal ini sesuai dengan visi dan misi institusionalnya yang menekankan pada pelaksanaan proses belajar-mengajarnya bagi pelestarian dan pengembangan seni baik yang tradisi maupun yang terkini untuk menjadi pusat unggulan (centre of excellence) di bidangnya.

Eksistensi Karya Seni

Sejak awal mula kehadirannya apa yang kita kenal sekarang sebagai karya seni, hasil ciptaan manusia tsb sudah memiliki karakter hakikinya sebagai salah satu ‘solusi’ pemenuhan kebutuhan manusia. Terutama dalam mengekspresikan kebesaran pemberian Tuhan bagi mereka yang dikaruniai bakat dan minat dalam bidang kesenian. Suatu kemampuan yang harus disyukuri karena tidak semua manusia mendapatkan kemampuan bakat dan minat berkesenian tersebut. Hanya mereka yang terpilih dan diarahkan untuk dapat berkreasi karya seni secara kreatif sajalah yang diharapkan mampu dan bisa berbagi kehadiran bentuk dan nilai keindahan karya seninya dengan sesama. Terlepas dari motivasi maupun tujuan penciptaannya, kehadiran karya seni selama ini telah dianggap memberikan kontribusi bagi pembentukan karakter manusia yang berbudaya karena sifat dan keunikannya. Karya seni mampu menawarkan dirinya sebagai medium untuk mencapai berbagai kebutuhan dan tujuan hidup manusia. Kompleksitas kehadirannya yang berbagai disiplin itu telah memperkaya pengalaman hidup baik lahir maupun bathin setiap manusia dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan sosialnya. Tidaklah bisa dibayangkan bagaimana hidup tanpa dihadiri beragam karya seni di antara kita yang menawarkan nuansa dan citarasa keindahan baik itu yang berbentuk seni visual, audio visual, dan seni pertunjukan.

Sebagai medium estetis yang ‘mencerahkan’ kehidupan manusia-manusia lainnya yang dapat menikmatinya tanpa harus langsung terlibat dalam proses menciptanya, kehadiran karya seni juga mampu menstimuli lingkungan penikmatnya. Jadi tidak hanya berguna bagi si penciptanya sebagai ‘aesthetic catalyst’ tetapi juga bagi lingkungan penikmatnya yang lain. Entitas karya-karya seni yang beragam bentuk dan keunikan nilai keindahannya tadi telah secara nyata memberikan manfaat tidak saja bersifat bathiniah tetapi juga dampak kehadiran secara fisiknya yang memiliki nilai materi, fungsi dan nilai khusus komoditas ekonomisnya.

Bagi para penikmat seni, karya seni menjadi dambaan untuk dinikmati bagi pemenuhan hasrat dan kerinduannya untuk dapat mempersepsi dan mengapresiasi keindahan yang unik dan beraneka ragam kehadirannya. Ternyata karena kwalitas bentuk dan nilai kehadirannya, sebuah karya seni memiliki strata standar yang berbeda antara karya seni yang satu dengan lainnya.Hal inilah yang akhirnya dapat menentukan posisi sebuah karya seni yang juga diikuti oleh penikmat tertentu yang memiliki selera dan cita rasa estetis yang berbeda satu sama lain. Bagi seorang kritikus atau kurator, karya seni tertentu dapat menjadi subjek utama penelaahan kritis suatu ulasan tinjauan seni yang dapat ‘mencerahkan’ dan memperkaya wawasan pembaca karena hasil tulisan kritik seninya.

Ketiga aspek kesenian inilah yang menjadi karakter hakiki yang dimiliki oleh setiap kehadiran karya seni di sekeliling kita. Kesenian telah menjadi entitas berkarakter yang telah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Apalagi secara formal hal tersebut sudah terinstitusikan dalam berbagai lembaga yang diakui oleh masyarakat. Baik itu lembaga pendidikan, museum, galeri, konservatorium seni. lembaga lelang seni, dan lain sebagainya yang sudah sekian lama menggejala di dunia.

Artikel selengkapnya silakan unduh  {filelink=8}